
The Revival of Tradition in Indonesian Politics: The deployment of adat from colonialism to indigenism (London: Routledge), 319-36. “ From customary law to indigenous sovereignty: reconceptualizing masyarakat adat in contemporary Indonesia” ( “Dari hukum adat menuju kedaulatan adat: rekonseptualisasi masyarakat adat di Indonesia kontemporer”) in Jamie S. Kemala (Ed.), Tanah Masih Di Langit (Jakarta, Indonesia: Yayasan Kemala & The Ford Foundation), 1: 581-597. “Constructing the Commonweal through Participatory Community Mapping: Decentralisation and Local Resource Conflicts in Bali and Central Sulawesi” ( Membangun Persemakmuran melalui Pemetaan Masyarakat Partisipatif: Desentralisasi dan Konflik Sumber Daya Lokal di Bali dan Sulawesi Tengah) dalam Y. “ From Economic Actor to Moral Agent: Knowledge, Fate and Hierarchy among the Bugis of Sulawesi” ( “Dari Pelaku Ekonomi Menjadi Agen Moral: Pengetahuan, Nasib, dan Hirarki Orang Bugis Sulawesi”) Indonesia 78: 147-179ĭengan Warren, C.

“ Grounds of Conflict, Idioms of Harmony: Custom, Religion, and Nationalism in Violence Avoidance at the Lindu Plain, Central Sulawesi” ( “Alasan Konflik, Idiom Kerukunan: Adat, Agama, dan Nasionalisme dalam Penghindaran Kekerasan di Dataran Lindu, Sulawesi Tengah”) Indonesia 72: 81-114. “ Kinship and debt The social organization of Bugis migration and fish marketing at Lake Lindu, Central Sulawesi.” Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde 156(3): 588-617

Tulisan ini diakhiri dengan mengkaji bagaimana semua faktor itu menyumbang tidak hanya pada keberhasilan berwirausaha pemukim-pemukim Bugis, tetapi juga pada keacuhan mereka terhadap upaya mengkonservasi sumber daya dalam wilayah-wilayah yang mereka kunjungi. Kemampuan untuk merekonseptualisasi wilayah-wilayah yang baru dihuni sebagai tempat-tempat yang telah dikenali sebelumnya, juga menyumbang pada kesuksesan pengusaha-pengusaha Bugis di luar tanah kelahirannya. Proses mengadopsi pengikut- pengikut sebagai kerabat, serta orientasi pada tingkat-tingkat yang berbeda dari otonomi perrorangan dalam tahap-tahap kehidupan yang berbeda, juga menyumbang pada kelenturan kemampuan berwirausaha orang-orang Bugis.

Kelenturan dalam komposisi rumah tangga dan para pengikut melandasi kelabilan pengusaha-pengusaha Bugis dan kemampuan pemukim-pemukim Bugis untuk beradaptasi pada kesempatan-kesempatan pasar, dan kemungkinan perolehan sumber-sumber daya lokal. Kajian yang dilakukan tidaklah terpaku pada analisis struktural masyarakat Bugis, tetapi lebih pada strategi-strategi dalam memperoleh pencaharian, bertolak dari perspektif teori ‘praktis’. “ Bugis Entrepreneurialism and Resource Use: Structure and Practice” ( “Kewirausahaan Bugis dan Penggunaan Sumber Daya: Struktur dan Praktik”) ANTROPOLOGI INDONESIA 57: 81-91.Ībstrak: Tulisan ini mengkaji beragam aspek dari pemukiman Bugis, organisasi ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya yang dilaksanakan orang-orang Bugis.
CONTOH DAFTAR PUSTAKA HOW TO
“ How to win followers and influence spirits: propitiation and participation in a multi-ethnic community of central Sulawesi, Indonesia” (“Cara memenangkan pengikut dan mempengaruhi roh: pendamaian dan partisipasi dalam komunitas multi-etnis di Sulawesi Tengah, Indonesia”) Anthropological Forum 6(2): 207-35. “Culture as art: from practice to spectacle in indonesia” ( “Budaya sebagai seni: dari praktik menjadi tontonan di Indonesia”) Canberra Anthropology 8(1-2): 148-72.
